Pages

Ratakan 728x90

Rabu, 30 Desember 2015

Quantum Istighfar Menggapai Sukses



Quantum Istighfar Menggapai Sukses
Istighfar adalah kata berbahasa arab dari kata غفر (gha fa ra )yang artinya menutupi. Misal kata Allah memiliki sifat Al Ghaffar artinya Allah maha menutupi dosa. Dalam arti lain Allah Maha Pengampun Dosa. Mendapat awalan tiga huruf استغفر – يستغفر- استغفارا dalam tata bahasa arab memiliki arti “ meminta “ atau “memohon”. Dalam perspektif syari’at islam yang dimaksud beristighfar adalah memohon ampunan kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan. 

Istighfar merupakan sarana zikir kepada Allah yang memiliki manfaat sangat besar. Pokok utama manfaat zikir secara umum adalah mendapat ketengan batin yang energinya diri baik lahir maupun batin untuk tunduk dalam menjalankan tugas hidup manusia dengan ibadah kepada Allah. Ketenangan batin merupakan hal yang paling dicari oleh segenap manusia. Oleh karenanya Allah melalui rasulnya sudah memberikan tuntunan kepada hambanya agar selalu berzikir kepada Allah sang pencipta segala yang ada. 

Dasar Kewajiban Beristighfar

Dasar hukumnya antara lain tersurat dalam surat Nuh.

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku katakan kepada kaumku: “Mintalah ampunan Rabb kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada kalian, mengaruniakan kepada kalian limpahan harta dan anak-anak, menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan menjadikan untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)

Bentuk ayat di atas adalah kata kerja perintah. Dari beberapa kitab tafsir dijelaskan bahwa perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum wajib yang statusnya fardhu ‘ain, keharusan yang berlaku bagi tiap individu orang yang beragama islam.

Mohonlah ampun kalian kepada Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Allah Ta’ala adalah satu-satunya dzat yang Maha Pengampun. غفارا dalam gramatika bahasa arab adalah shighat Mubalaghah ikut wazan فعال yang artinya amat sangat, menyatakan tidak terbatas. Allah Ta’ala Maha Pengampun atas segala kesalahan dan dosa hamba-hamba-Nya, seberapapun banyak dosa yang telah diperbuat oleh para hamba-Nya, Allah Ta’ala terbuka memberikan ampunan.
وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“…..dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Muzammil: 20)

Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah : 199 )

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan pada umatnya untuk memperbanyak istighfar (bacaan: astaghfirullah). Karena manusia tidaklah luput dari kesalahan dan dosa, sehingga istighfar dan taubat mesti dijaga setiap saat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 17: 22.

Diantara dahsyatnya istighfar menurut perspektif Al-Quran yaitu:
Akan dipelihara, dijaga, dan diberi keamanan oleh Allah dari berbagai petaka, bencana dan musibah. Hal ini ditegaskan oleh Allah Ta’ala di dalam alquran surat Al Anfal ayat 33.
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”. (QS. Al Anfal: 33)

يستغفرون adalah kata kerja aktif (fi’il mudhari’) artinya selama masyarakat selalu aktif memohon ampun kepada Allah, tidak pernah membatasi dan menghitung berapa jumlah istighfar, disitulah Allah Ta’ala menjamin mereka selamat dari petaka, bencana, musibah, dan segala hal yang menyakitkan.

  Allah akan senantiasa memberikan berbagai kenikmatan dan kesenangan sejati yang melimpah, penuh berkah dan tidak pernah terkira kapasitas, bentuk dan jenis jumlahnya.

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (QS. Hud:  3)

Mudah memperoleh bimbingan dan petunjuk dari Allah Ta’ala, sehingga memiliki kemampuan dan keberanian untuk mengambil suatu keputusan dalam berbagai hal terkait kebaikan dan kebenaran, sehingga ia menjadi selamat. Tidak ragu dan salah dalam mengambil keputusan, keputusan yang diambil selalu baik dan benar, karena hal itu berdasarkan petunjuk yang diberikan Allah Ta’ala sebagai balasan atas istighfar yang dilakukan.
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar”. (QS. Thaha: 82)

Dalam gramatika bahasa arab kata ثمّ adalah huruf athaf yang menyatakan kata satu mengikuti kata sebelumnya melalui proses, urut tetapi berselang. Petunjuk Allah Ta’ala akan diikutkan setelah seseorang mau bertaubat, mempertahankan iman, mau beramal shalih, dan tetap di atas kebenaran, maka petunjuk Allah Ta’ala berhak ia miliki, sehingga ia tidak akan tersesat.

  Dirinya menjadi bersih dari segala noda dan dosa, berapapun dosa yang telah diperbuat sehingga ia menemukan kepastian hukum, memilki keyakinan sejati yang mampu menghantarkan dirinya untuk menjadi orang baik-baik, karena menadapat ampunan dari Allah Ta’ala. Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala dalam surat An Nisa’: 110.

وَمَن يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُوراً رَّحِيماً
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisaa’: 110)

Maksudnya semua dosa yang pernah diperbuat, kejahatan, perbuatan buruk, semua kezaliman yang diperbuat discan oleh Allah Ta’ala sehingga menjadi steriil. Alhasil ia akan memiliki rasa kepercayaan yang tinggi, ketenangan, ketentraman, sehingga optimal melakukan berbagai amal peribadatan.

Memperoleh jaminan surga karena telah benar-benar menunjukkan prestasi sebagai orang bertakwa sejati. Dia sadar akan kesalahannya, mau meminta ampun atas kesalahannya dan ridha untuk memperbaiki kesalahannya sehingga bersedia untuk selalu berbuat yang lebih baik di hari yang akan datang.

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ  .
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imran: 133)

Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan bahwa salah satu indikator orang bertakwa yaitu mereka rajin beristighfar kepada Allah, selalu berkompetisi memperoleh ampunan Allah, sehingga mereka pantas mendapat jaminan surga sebagai kenikmatan mutlak yang tidak pernah ada duanya.

Istighfar Sebagai Kunci Sukses

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665)

Makna hadits:

  • Barangsiapa yang senantiasa beristighfar: Barangsiapa yang senantiasa beristighfar dalam segala kondisi atau meminta ampunan Allah setiap kali melakukan kemaksiatan atau menghadapi musibah.
  • niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya: Allah akan menghilangkan segala kesedihan dan kegalauan yang menyempitkan jiwanya, dan menggantikannya dengan kelapangan dada dan kebahagiaan.
  • jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya: Allah akan memberikan solusi dan jalan keluar atas segala kesempitan dan problematika kehidupan yang sedang ia alami.
  • dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka:  Allah memberinya rizki dengan cara yang tidak pernah ia duga dan pikirkan sebelumnya. (Syamsul Haq ‘Azhim Abadi, ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, 4/267)

Istigfar adalah kunci kesuksesan hidup. Hal ini bukan hipotesa semata tanpa bukti, tetapi telah dibuktikan keabsahannya oleh realitas. Mengapa bisa sampai ke kesimpulan bahwa istigfar adalah kunci kesuksesan hidup? Pertama: ini merujuk kepada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. di atas, “Siapa yang membiasakan beristigfar”. Kalimat “membiasakan” kalau dipahami mendalam adalah sebuah hasil yang dicapai tidak hanya dengan sekali-dua kali kerja saja, melainkan hasil dari kerja yang dilakukan secara berkesinambungan. Kebiasaan yang mengakar akan membangun karakter dan karekter sesorang yang biasa istighfar adalah karakter orang yang berserah diri, ridho akan segala ketetapan, optimis terhadap janji Allah, tenang dan sabar, tidak mudah mengeluh dan selalu bersukur atas sekecil apapun nikmat Allah. inilah karakter orang sukses yang kemudian karakter ini menghantarkan pada nasib atau hasil dari segala upaya seorang hamba dalam meraih cita-cita. Oleh sebab itu “membiasakan” beristigfar butuh akan kesabaran, keikhlasan, dan kesungguhan. Dan, kita menyepakati bahwa ketiga komponen kepribadian ini merupakan ciri khas orang-orang sukses.

Para ulama menyatakan bahwa sanad hadits di atas lemah karena kelemahan seorang perawi bernama Hakam bin Mush’ab. Meski demikian makna hadits di atas adalah benar dan dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan banyak hadits shahih.

Imam Mulla Ali Al-Qari Al-Harawi (wafat tahun 1014 H) menyatakan bahwa hadits di atas bersumber dari firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikannya untuknya jalan keluar dan Allah akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa berserah diri kepada Allahs emata niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan atas segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)
 
Makna hadits di atas juga ditegaskan oleh firman Allah melalui lisan nabi Hud ‘alaihis salam:

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku, mintalah ampunan Rabb kalian kemudian bertaubatlah kalian kepada-Nya, niscaya Dia mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada kalian dan menambahkan kekuatan atas kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan menjadi orang-orang yang banyak berbuat dosa.” (QS. Hud [11]: 52)
Juga firman Allah melalui lisan nabi Nuh ‘alaihis salam:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا .
Maka aku katakan kepada kaumku: “Mintalah ampunan Rabb kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada kalian, mengaruniakan kepada kalian limpahan harta dan anak-anak, menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan menjadikan untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)

Istighfar Sebagai Sarana Taubat

Memohon ampun atau istighfar adalah sarana pokok dalam melakukan taubat. Sementara taubat sendiri merupakan proses kesadaran manusia untuk kembali kepada Allah. kembali menjalankan kehidupan dengan meniti jalan yang disyariatkan sesuai tuntunan Rasulullah saw. Dan meninggalkan segala perbuatan yang dimurkai Allah.

Kehidupan seseorang tidak mungkin tidak punya masalah. Dan segala problematika hidup akan mempengaruhi kesadaran, kejernihan pikiran, bahkan keimanan. Terlebih jika selama melakukan aktifitas kita terjerumus pada dosa maka untuk mengembalikan kesadan diri tiada jalan lain kecuali taubat.

Seorang yang melakukan dosa, baik itu berupa kema’shiyatan, kelalaian, menyakiti sesama makhluq Allah dengan berbuat zalim, hasud, iri, dengki, pamer, sombong dan lain-lain maka hatinya telah terkotori oleh noda. Nabi saw bersabda ;

“Siapa yang melakukan satu dosa, maka akan tumbuh pada hatinya setitik hitam, sekiranya dia bertaubat akan terkikislah titik hitam itu daripada hatinya.

Jika dia tidak bertaubat, maka titik hitam itu akan terus merebak hingga seluruh hatinya menjadi hitam.” (Hadis riwayat Ibn Majah).

Hadis ini sesuai dengan firman Allah “Sebenarnya ayat-ayat Kami tidak ada cacatnya, bahkan mata hati mereka telah diseliputi kekotoran dosa dengan sebab perbuatan kufur dan maksiat yang mereka kerjakan.” (Surah al-Muthaffifiin, ayat 14).

Hati yang kotor dan hitam akan menjadi keras. Apabila hati keras, kemanisan dan kelazatan beribadat tidak dapat dirasakan. Ia akan menjadi penghalang kepada masuknya nur iman dan ilmu. Hati yang kotor sulit menerima kebenaran, sehingga akan menumbuhkan sikap sombong pada orang yang hatinya terselimuti noda dosa. 

Allah berfirman yang bermaksud “Kemudian selepas itu, hati kamu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Pada hal antara batu-batu itu ada yang terpancar dan mengalir sungai daripadanya, dan ada pula antaranya yang pecah-pecah terbelah lalu keluar mata air daripadanya.

Oleh karena itu seorang hamba yang mengharap cahaya dari Allah maka tidak ada jalan lain kecuali bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya. Kemudian senantiasa mohon ampun kepada Allah, meninggalkan segala perbuatan tercela, meningkatkan ketaatan dengan memperbanyak amal sholih, maka dalam waktu yang tidak lama hamba tersebut akan mendapatkan mata batinnya terbuka,Kesadarannya semakin tinggi, Kehidupan akan jauh lebih indah dirasakan, Keberkahan melimpah, rizki halal berlimpah, segala kesempitan akan dilapangkan, kesulitan akan dimudahkan. Ini semua janji Allah zat yang tidak pernah berbohong.

Metode Istighfar Mtq

Metode ini merupakan metode umum. Artinya para pembaca bisa menyesuaikan diri misalnya istighfar untuk masalah-masalah tertentu yang dihadapi.
1. Sholat sunat 2/4 rokaat, boleh dengan niat sholat taubat
2. Duduk besila dengan kepala dan tubuh tegak lurus, tutup mata.
3. Tenangkan diri menuju relaksasi dengan cara tarik nafas 4 hitungan, tahan di perut 4 hitungan, keluarakan lewat mulut 4 hitungan. Ulangi beberapa kali sampai terasa cukup dan dilanjutkan nafas imbang tarik keluar lewat hidung.
4. fokus pada nafas beberapa saat untuk masuk pada alam bawah sadar. Kemudian akses energi ilahi agar merasuk kedalam tubuh. Bagi yang berminat melakukan attunment energi ilahi silahkan ikuti prosedurnya di sini : Penyelarasan Energi Ilahi level 1 atau Attunment Energi Ilahi level 1 dan 2
5. Setelah energi terasa mengalir. Hadirkan diri dengan kesadaran penuh dan ucapkan afirmasi :

”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau,Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau”

Untuk versi arabnya seperti ini :



للَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
"Allahumma anta robbii laa ilaaha illaa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu, abuu-u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu-u bi dzanbii, faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta"

Afirmasi tersebut kita kenal dengan nama sayyidul istighfar ( pimpinan istighfar ). Fadhilah secara husus dari istghfar ini adalah sebagaimana sabda Rasul :

مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

 “Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari)

Baca istighfar diatas 3 kali kemudian dilanjutkan dengan membaca :
Astaghfirullahal ‘Adhiim wa atubu ilaih
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan aku bertaubat kepadaNya
Dibaca sebanyak mungkin.

Selama istighfar berlangsung upayakan fokus kesadaran pada bacaan istighfar dan kesadaran pengakuan dosa dan taubat. Rasakan dengan sungguh energi istghfar mengalir kedalam tubuh meresonasi tubuh lahir batin dan menghancurkan segala hijab diri, noda dosa, mental blok, energi negatif, karma negatif dan segala unsur negatif.

Rasakan kesadaran Ampunan Allah Sang Maha Pengampun. Hadirkan rasa sukur karena Allah memberi kekuatan kita beristighfar.

Lupakan segala hajat dunia, kehendak hati dan pikiran. Putuskan segala gerak hati dan pikiran dan tetap berupaya fokus hanya mengharap ridho Allah

Lakukan sampai hati terasa lega, jika dirasa cukup akhiri dengan doa dan syukur kepada Allah.
Semoga bermanfaat

Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
Posts RSSComments RSSBack to top
© 2011 Bengkel Pikiran ∙ Designed by BlogThietKe
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0